Halaman

BAB I LATAR BELAKANG INDIKATOR PEMBANGUNAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN DI RW 12 DESA CIWALEN

BAB I

LATAR BELAKANG

INDIKATOR PEMBANGUNAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN" 

di RW 12 Desa Ciwalen




1.1            Latar Belakang

Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya kesejahteraan penduduk daerah yang bersangkutan. Dengan semakin meningkatnya pemerataan kesejahteraan penduduk menyebabkan tingkat kemiskinan dan pengangguran dapat diminimalisir dari daerah yang bersangkutan.

Proses pemerataan kesejahteraan penduduk tentunya bukan perkara yang gampang mengingat sulitnya indikator-indikator yang harus dipenuhi agar kesejahteraan penduduk dapat tercapai.
Untuk menilai keberhasilan pembangunan, ada syarat yang diperlukan untuk mengukur atau menunjukkan tingkat keberhasilan pembangunan. Syarat itu harus dimulai dari tingkat pemahaman semua komponen terkait indikator-indikator/variabel-variabel pembangunan serta pengertian penerapan kebijakan dan hasil dari proses pelaksanaan kebijakan.
Pemahaman memadai tentang indikator pembangunan, menunjukan semakin terarah pelaksanaan pembangunan dan semakin tingginya responsif masyarakat dalam menyukseskan dan mencapai sasaran yang ditargetkan dari progres yang ada.
Terkait indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan (pembangunan), dianggap perlu mendapatkan perhatian semua pihak terutama dari pihak pengambil keputusan.

Resume ini dimaksudkan untuk meneliti indikator-indikator yang saling berkaitan dalam pembangunan ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada di RW 12 Desa Ciwalen.

1.2            Pengertian Pembangunan

Pembangunan pada dasarnya adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Artinya juga bisa dikatakan bahwa pembangunan itu sebagai “never ending goal”. Pembangunan harus dilakukan terus menerus agar kekurangan yang dimiliki suatu daerah dapat tertutupi oleh pesatnya pembangunan yang berjalan.
Proses pembangunan, merupakan suatu perubahan sosial budaya. Pembangunan agar menjadi suatu proses yang dapat bergerak maju atas kekuatan sendiri tergantung kepada manusia dan struktur sosialnya. Jadi bukan hanya yang dikonsepsikan sebagai usaha untuk mengejar pertumbuhan ekonomi belaka. Pembangunan tergantung dari suatu innerwill, proses emansipasi diri dan suatu partisipasi kreatif dari semua kalangan menuju pada pembaharuan segala aspek.
Setiap orang bisa saja mengartikan istilah pembangunan secara berbeda sesuai dengan selera masing-masing, sehingga pada akhirnya definisi tentang pembangunanpun sedemikian banyak dan berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, kita perlu memastikan terlebih dahulu perspektif inti atas makna dasar pembangunan. Tanpa adanya suatu perspektif dan kriteria yang dapat disepakati bersama, kita tidak akan bisa mengetahui mana saja yang telah mengalami pembangunan dan mana yang tidak.
Hal ini dimaksudkan agar terdapat satu persepsi yang sama terhadap sesuatu yang kalau dalam bahasa penelitian ilmiah harus valid dan reliabel. Intinya, indikator diperlukan agar kita bisa mengukur kejelasan dari pembangunan itu dan terarah sesuai dengan persepsi yang dianut, kemudian itu menjadi sistem dan sistem menjadi instrumen kunci dalam pembangunan.
Pembangunan harus dipandang sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar, struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi sosial, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan ketimpangan pendapatan serta pengentasan kemiskinan. Pada hakekatnya, pembangunan itu harus mencerminkan terjadinya perubahan secara total suatu masyarakat atau penyesuaian system sosial secara keseluruhan, tanpa mengabaikan keragaman kebutuhan dasar dan keinginan individual maupun kelompok-kelompok sosial yang ada didalamnya, untuk bergerak maju menuju suatu kondisi kehidupan yang serba lebih baik.
Pada umumnya dari draf konsep yang disajikan atau dari kebijakan-kebijakan daerah yang diteliti, Pembangunan daerah dipusatkan pada pembangunan ekonomi melalui usaha pertumbuhan ekonomi daerah belaka. Oleh karena itu, tidak salah jika paradigma tradisional mengenai pola pembangunan cenderung mengidentikkan pembangunan dengan pertumbuhan ekonomi, lupa akan identitas sosial serta struktur-struktur yang telah terbangun selama ini. Jauh sebelum bangsa ini merdeka, leluhur kita sudah hidup dan bisa makan serta kehidupan mereka tidak ditopang oleh suatu kualifikasi pendidikan yang tinggi dan merata. Artinya, tatatan kehidupan masyarakat kita sudah memiliki sumber daya baik manusia maupun alam tanpa harus dimusnahkan tapi konsep pemberdayaan yang perlu dikembangkan.
Olehnya itu, pembangunan ekonomi yang dimaksud adalah mengembangkan/ memberdayakan sumber daya yang telah ada dalam sebuah institusi masyarakat, bukan melepaskan sturktur-struktur sosial yang telah ada dengan alasan karena kita membangun, toh akhirnya yang dituju adalah proses peningkatan output jangka panjang dari warga yang kita bangun dengan varian pola dan kebijakan daerah. Yang dimaksud dengan proses adalah berlangsungnya kekuatan-kekuatan tertentu yang saling berkaitan dan mempengaruhi, antara pemerintah dan rakyat atau antar kekuatan didalam masyarakat itu sendiri.
Dengan demikian ekonomi pembangunan yang lebih pada memacu pertumbuhan ekonomi, hendaknya diikuti dengan proses perubahan non ekonomis didalamnya (growth plus change) misalnya titik orentasi kita adalah pada perubahan struktur ekonomi; dari pertanian ke industri atau jasa, atau perubahan kelembagaan atau reformasi kelembagaan, tapi juga harus memberikan perhatian besar kepada formulasi kebijakan publik yang sebaik-baiknya demi menghadirkan serangkaian transformasi ekonomi, sosial, dan institusional yang sekiranya dapat berdampak positif terhadap kondisi masyarakat secara keseluruhan.
Olehnya itu proses pembangunan yang menuju pada perubahan mendasar dilaksanakan tidak dilakukan hanya secepat membalik telapak tangan, tetapi dimulai dari proses yang panjang dan lama sesuai tahapan; jangka pendek (1tahun), jangka menengah (5tahun) dan jangka panjang (25tahun).
Orentasi mengejar pertumbuhan ekonomi dengan penekanan pada pendapatan daerah riil (GNP pada tingkat harga konstan) sekalipun meningkat pada catatan statistik tapi terkadang tidak diikuti dengan perbaikan kualitas hidup masyarakat atau bahkan kualitas hidup masyarakat justru menurun. Catatan negatifnya adalah, jika pertumbuhan penduduk melebihi atau sama dengan pertumbuhan pendapatan daerah rata-rata maka pendapatan perkapita bisa menurun atau tidak mengalami perubahan sama sekali, tidak bisa dikatakan naik. Jika demikian maka apakah dapat disebut bahwa ada pembangunan ekonomi di daerah tersebut?
1.3            Tujuan Pembahasan

Tujuan pembahasan penelitian di RW 12 ini adalah untuk :

1.     Untuk menggambarkan proses pembangunan di RW 12
2.    Menjelaskan indikator ekonomi dan sosial serta indikator lain yang telah dicapai di RW 12
3.     Menjelaskan tingkat kesejahteraan di RW 12

1 komentar: